Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Kepiluan Yang Tak Berarti

Tersentak dari awas diri yang tak bisa dihindari menghindar dari tabu yang tak seharusnya terlewati haus akan untaian syair kalbu yang menyayat diri tanpa bisa menghentikan menerpa ketersediaan fana yang selalu mengobar tanpa henti masihkah diri melangkah pasti ketika ribuan tangan menghadang tanpa bisa berkelok maupun berlari kencang Hati seakan tak mampu untuk berikrar lagi hanya renungan kalbu yang akan menjadi saksi bisu kepada ribuan cemohan yang tak berarti kadang hati ingin sekali berteriak mencari keasaan yang tak seharusnya menjadi fana atau kalbu yang tak seharusnya menjadi bimbang namun apalah daya segalanya tak bisa membuat berarti ketika tangan mampu menggepakkan secepatnya kaki berlari tanpa ada yang bisa menghentikan tanpa tahu lubang besar di dasar curah hitam yang mampu meneggelamkan angan semata Mungkin memang segalanya tak mampu menjadi indah ataupun bahagia namun setidaknya bibir mampu mengucap dengan segala abadi yang tak seharusnya terjadi Mengapa? sega

Untaian Setapak

Indah iya menawan juga semuanya seakan ada pada rautnya sikapnya yang selalu membuat hati menjadi terbunga tak tertandingi dengan segala asa yang selama ini terpikir andai waktu mampu terulang mungkin ingin rasanya tak ingin mengakhiri semuanya namun nyatanya waktu tak ada yang berpihak pada diri mungkin memang dengan segala kelakuannya masih kurang terbaik untuk diri jika saja dia mampu meluruskan yang seharusnya ia luruskan mungkin segalanya tak akan berkelok tajam seperti saat ini namun apa daya segalanya tak mampu di ubah lagi segalanya hanya kiasan semata dia bukanlah terbaik dari segala yang baik ia hanya datang dan mengisi kekosongan semata kemudian ia pergi dengan meninggalkan kenangan juga bagian hidupnya yang sengaja ia tinggal disini aslinya ingin tangan ini tetap menggapai namun apa daya diri tak ada hak untuk menggapai dirinya hanya bongkahan kertas yang tak mampu tertata rapi kembali dirinya hanya untaian pena yang tersirat tanpa bisa terhapus oleh apapun kadang a

Kepalsuan Keadaan

bukan sekali atau dua kali namun sudah beberapa kali dan tak hanya hari ini namun juga sudah seperti hari lalu yang sangat lalu iya dia teman namun sudah layak saudara namun entah kenapa dia tega seakan tak mampu membuka mata maupun menangkap naungan kecil yang terjadi dia dipercaya dan dia yang selalu mendengarkan curahan ingsan lemah yang tak bisa berteriak yang aknirnya ia sendiri yang makin menjatuhkan ingsan lemah itu entah apa yang ia pikirkan? apa pantas ia disebut sebagai teman? atau memang ingsan lemah itu yang terlalu polos dan terlalu baik padanya sehingga ia dengan gampangnya menjatihkan tanpa bisa memandang maupun berpikir jernih dia layakkah? atau dia pantaskah? tak tahu lagi ingsan yang tak bersalah itu terlalu terpukul tanpa bisa ia berkata ia masih harus tersenyum dan masih harus menjadi orang biasa yang tak seharusnya ia lakukan jika ia bisa memilih ia mampu menggoncangkan keadaan seperti apa yang seharusnya terjadi namun apa dia tak mampu melakukannya karena

Istimewah

ISTIMEWAH? Apa arti sebenarnya kata itu? Bermaknakah? atau hanya Kiasan semata? Seandainya diriku memang orang istimewah untuknya seharusnya tak usa ada kata sedih maupun air mata yang berlinang seharusnya semuanya dibalut keindahan. Namun apa yang terjadi? Air mata ini selalu berlinang ketika ia mencoba menjelaskan segala kepahitan itu. Salah diriku kah? atau memang salahnya? Entah siapa yang bersalah, akupun tak kuasa jika kupandang matanya semuanya terasa menjanjikan keabadian dan kebahagiaan tapi tak sedikitpun aku merasakan semuanya berjalan lama. Kehangatan peluk erat tubuhnya seakan membuat nyaman diriku menjanjikan segala keamanan untukku tapi tak bisa kubohongi aku masih ragu akan semua itu. Jika semuanya hanya kiasan kebahagiaan semata mengapa ia datang kembali? Mengapa ia menebarkan keindahan yang selama ini kurindukan? Dia bisikkan sebuah kata yang selalu membuatku terhenyu dan ia sampaikan puisi indah yang membuatku terpikat membuat segalanya menjadi seakan sem

Kembali lagi

Sesuatu yang hilang itu kini telah hadir kembali dimana ketika raga telah mencoba untuk menghindar dan berpindah namun semuanya telah tiada arti lagi, apa yang dahulu terbuang dan terabaikan sekarang bagai hujan yang telah hadir kembali membasahi seluru tepian kering yang tak begitu rindang. Harus apakah sekarang? Meninggalkan lagi atau harus melanjutkan lagi? Semuanya terasa tiada bedanya hadir tanpa ada keinginan dan pergi tanpa ada alasan, ingin rasanya tangan menggapai semua serpihan lalu yang telah usang namun banyak percikan percikan kecil yang tak mudah untuk terselip dalam semua keputusan Hadir maupun tidak seakan semuanya telah sama tak ada lagi berbeda seperti dahulu, dahulu raganya sangat berarti namun sekarang semuanya telah sama hanya naluri yang membedakan, membedakan dari segala sisi akan bagaimana selanjutnya dan selanjutnya? Mengapa semua terulang lagi? Tak bisakah semuanya tetap tersimpan rapi? Langkah ini sungguh sulit untuk dimengerti bagaimana kisah yang tak